TEOLOGI “MONYET” UNTUK KETUHANAN TRINITAS
::
Bagaikan menegakkan benang basah. Pepatah ini layak disandang oleh para teolog yang membela doktrin Trinitas. Sejak awal mulanya, doktrin ini selalu menjadi batu sandungan bagi orang yang memfungsikan akalnya dalam beragama. Doktrin kristiani ini menyatakan bahwa Tuhan terdiri dari tiga oknum (pribadi) yang sezat, sehakikat dan senilai yaitu: Allah Bapak, Allah Anak (Yesus Kristus) dan Allah Roh Kudus. Pengertian ini antara lain dirumuskan oleh Dr R Soedarmo dalam Kamus Istilah Theologia: “Allah menyatakan diri-Nya sebagai Tri-Tunggal, yaitu Allah Bapak, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. Pengertiannya: Tiga sama dengan Satu; dan Satu sama dengan Tiga; Sezat dan senilai”.
Soedarmo mempertegas rumusanya dalam buku Intisari Iman Kristen: “Allah yang satu dan esa itu memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah di atas kita (Allah Bapak), sebagai Allah di tengah-tengah kita (yakni Yesus Kristus) dan sebagai Allah di dalam kita (yakni Roh Kudus). Ketiganya tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, namun dibeda-bedakan juga. Itulah yang dimaksud dengan istilah Tritunggal” (hal. 89).
Lucunya, setelah mengulas doktrin Trinitas secara panjang-lebar, Soedarmo berterus terang dalam bukunya Ikhtisar Dogmatika: “Kita tentu insaf bahwa Trinitas memang tidak dapat dimengerti” (hal 114).
Sementara dari pihak Katolik, Adolf Heuken Sj dalam Ensiklopedi Gereja menyebut Trinitas yang diimaninya sebagai misteri terbesar di dunia: “Pengakuan Allah Tritunggal merupakan kekhasan iman Kristiani. Pengakuan inilah dasar dan puncak misteri. Misteri Allah Tritunggal tidak dapat disimpulkan dari apapun dalam dunia. Misteri Tritunggal adalah misteri iman yang mutlak” (hal. 21).
Sebagai sebuah misteri iman, maka wajar jika Alban Douglas berkomentar pedas tentang Trinitas: “Barangsiapa mencoba untuk mengerti Tritunggal secara tuntas dengan daya akal manusiawi, akan menjadi tidak waras. Tetapi barangsiapa menyangkal Tritunggal, akan kehilangan jiwanya” (Inti Ajaran Alkitab, hal. 19-20).
Faktor utama kerapuhan doktrin Trinitas adalah tidak adanya dukungan ayat Bibel. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, tak satu ayat pun yang mengandung doktrin Trinitas. Dengan sepenuh kejujuran, Dr GC Van Niftrik memberikan pengakuan: “Di dalam Alkitab tidak ditemukan suatu istilah yang dapat diterjemahkan dengan kata “Tritunggal” ataupun suatu ayat tertentu yang mengandung dogma tersebut” (Dogmatika Masa Kini, hal. 418).
Dalam sejarahnya, Trinitas juga bukan warisan Yesus. Mulanya, doktrin bahwa Yesus sama dengan Allah dirumuskan dalam sidang (konsili) di Nicea tahun 325 M yang didukung penuh oleh kaisar Constantin Agung. Pasca konsili Nicea, perdebatan mengenai Yesus berlangsung terus-menerus sampai puluhan tahun. Sebagian orang fanatik buta kepada kaisar bahwa Yesus adalah Tuhan, sebagian lagi setia kepada ajaran tauhid bahwa Yesus adalah utusan Tuhan. Maka pada tahun 381 M kaisar Theodosius mengadakan konsili Konstantinopel untuk merevisi konsili Nicea 325 M. Konsili ini melahirkan formula Trinitas dengan menambahkan oknum Roh Kudus sebagai Tuhan di samping Tuhan Allah dan Tuhan Yesus.
Pasca konsili ini, pertentangan teologi justru semakin besar dan luas. Sebagian menerima mentah-mentah doktrin trinitas, tapi sebagian lagi menolaknya dan beroposisi dengan penguasa yang pro-trinitas. Akibatnya, para penentang trinitas ditindas, dikejar-kejar dan dianiaya bahkan ditumpas. Para tokoh yang jadi martir penolak trinitas antara lain: Iranaeus, Tertulianus, Origen, Diodorus, Lucian, Arius dan lain-lain.
Ayat Palsu Didukung Argumentasi Monyet
Belum lama ini, bertepatan dengan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI (17/8/2009) diadakan Dialog Islam–Kristen di Aula Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dengan tema “Yesus Tuhan atau Manusia Biasa?” Dari pihak Islam tampil dua narasumber: Ustadz Masyhud SM dan Insan LS Mokoginta (mantan Katolik), sementara dari pihak Kristen diwakili oleh dua narasumber yaitu: Pendeta Budi Asali, M.Div (Gereja Kristen Rahmani Indonesia) dan Pendeta Esra Alfred Soru, S.Th. (Dosen STII Kupang).
Dalam dialog yang dihadiri oleh 300-an peserta dari kalangan Islam dan Kristen tersebut, Budi Asali dan Esra mendapat kesempatan pertama untuk memaparkan pandangannya tentang keilahian Yesus berdasarkan ayat-ayat Bibel yang diyakininya. Usai pemaparan oleh pihak Kristen, moderator mempersilakan pihak Islam untuk menanggapi.
Masyhud menanggapi dengan singkat, “Menurut saya, Alkitab tidak mampu bicara tentang konsep ketuhanan Yesus. Jangankan bicara ketuhanan Yesus, catatan silsilah Yesus dalam Alkitab saja kacau-balau.” Lalu Masyhud menampilkan contoh kontradiksi silsilah Yesus sbb:
Dalam Injil Matius 1:16 disebutkan bahwa kakek Yesus bernama Yakub: “Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.” Sedangkan menurut Injil Lukas 3:23, kakek Yesus bernama Yusuf: “Ketika Yesus memulai pekerjaannya, ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, ia adalah anak Yusuf, anak Eli.” Silsilah Yesus dalam ayat ini jelas bertentangan dan tidak bisa dikompromikan.
Pendeta Budi Asali menyanggah tudingan ini dengan menyatakan bahwa kedua ayat ini tidak kontradiktif, karena maksud kalimat “Yusuf anak Eli” dalam Lukas 3:23 adalah “Yusuf anak menantu Eli.”
Sepintas, apologi Budi ini memang cespleng untuk menghilangkan kontradiksi Alkitab. Tapi Masyhud tidak mau kalah, “Menurut anda Yusuf adalah anak menantu Eli, padahal Maria adalah istri Yusuf. Lalu mana bukti ayat yang menyatakan bahwa Maria adalah anak Eli?” tukasnya.
Sayangnya, pembicaraan seputar silsilah Yesus tidak berlanjut, karena Budi Asali tidak bisa menunjukkan bukti ayat bahwa Maria adalah anak kandung Eli. Ia hanya berpijak bahwa kata “anak” boleh diartikan “anak menantu.” Jika argumen ini diikuti, apakah semua kata “ayah” dalam Alkitab boleh diartikan “ayah mertua” sebagai konsekuensinya?
Sementara itu, Insan Mokoginta menanggapi paparan kedua pendeta tentang keilahian Yesus, dengan menampilkan banyaknya ayat Alkitab yang membuktikan kemanusiaan dan kenabian Yesus, padahal tak satu ayat pun dalam Alkitab yang menyebutkan Yesus mengaku dirinya sebagai Tuhan yang harus diibadahi dan disembah.
Lalu Mokoginta menambahkan data bahwa satu-satunya ayat Trinitas dalam Bibel adalah ayat palsu. Ayat yang dimaksud adalah: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” (I Yohanes 5:7-8).
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan terbitan Lembaga Biblika Indonesia tahun 1976/1977, ayat ini divonis palsu dengan penjelasan berikut: “Ayat 7-8: [di dalam sorga….. di bumi]. Bagian ayat ini tidak terdapat dalam naskah-naskah Yunani yang paling tua dan tidak pula dalam terjemahan-terjemahan kuno, bahkan tidak dalam naskah-naskah paling baik dari Vulgata. Bagian ini kiranya aslinya sebuah catatan di pinggir halaman salah satu naskah terjemahan Latin yang kemudian disisipkan ke dalam naskah-naskah oleh penyalin dan akhirnya bahkan disisipkan ke dalam beberapa naskah Yunani. Karenanya bagian ini pasti tidak asli” (hal. 563).
Terhadap argumen ini, kedua pendeta tidak menampik bahkan mengakui adanya kepalsuan ayat dalam Bibel, termasuk kepalsuan ayat Trinitas tersebut. Tapi pengakuan kepalsuan ayat ini tidak serta-merta meruntuhkan keyakinan mereka kepada doktrin Trinitas. Dengan nada tinggi, Budi Asali berkilah, “Apa peduli saya dengan kepalsuan ayat tersebut? Saya meyakini Trinitas maupun ketuhanan Yesus berdasarkan ayat-ayat yang lain!”
Pendeta Esra pun tidak mau berkomentar terhadap bukti-bukti kepalsuan ayat Trinitas, dengan alasan tidak sesuai dengan tema dialog yang disepakati. Menurutnya, tema dialog pagi itu bukan soal otentisitas Bibel, melainkan “Yesus Tuhan atau Manusia Biasa?” Dalam penjelasannya, Esra menerima semua data yang disampaikan Mokoginta, bahwa Yesus memang nabi dan manusia. “Dari sisi kemanusiaan, Yesus memang manusia dan nabi. Tapi dari sisi keilahian, Yesus adalah Anak Allah,” kilahnya. Mokoginta balik bertanya, “Menurut anda, Yesus itu Allah ataukah anak Allah? Kalau Yesus itu anak Allah, berarti Yesus tidak sama dengan Allah (Sang Bapa)”
Pendeta Esra menangkis dendan argumen bahwa Yesus adalah Allah sekaligus anak Allah. “Yesus itu Anak Allah sekaligus Allah juga. Anak Allah pasti Allah juga. Seperti kalau kita bilang anak monyet itu pasti monyet juga? Siapa bilang anak monyet itu bukan monyet? Anak monyet di manapun disebut monyet juga, tanpa mengurangi kadar kemonyetan bapaknya.” katanya berapologi dengan berapi-api.
Sebagian peserta dari pihak Islam tertawa terpingkal-pingkal mendengar argumen “teologi monyet” ini. Dari bangku peserta, Fendik yang datang jauh-jauh dari Gresik berseloroh, “Tuhan kok, disamakan dengan monyet! Tuhan cap opo iki rek?!”
[by: A. Ahmad Hizbullah M.A.G. :: http://www.kristenisasi.wordpress.com, ahmadhizbullah@gmail.com]
[Dimuat di Tabloid Suara Islam edisi 74, tanggal 4 September – 2 Oktober 2009 M, hlm. 18]
13 responses to “Teologi “Monyet” untuk Ketuhanan Trinitas”
ary
Juni 25th, 2011 pukul 00:04
Memang Kristen adalam agama yang tidak bs dimengerti kok, Yeses sendiri tidak pernah bilang didalam alkitab perjanjian baru, perjanjian lama, perjanjian utang piutang dan perjanjian lainnya kalau yeses itu Tuhan dan yesus juga tidak pernah menyuruh umatnyanya untuk menyembah dia, knp kalin sembah. yeses tidak pernah menyuruh umatnya makan babi knp kalian makan babi? Sudah terang-terangan kalau yesus adalah anak Allah berati ada Tuhan selain yesus kan. kalau anda seorang kristen sejati dan pengikut yesus, Siapa yang mengangkat yeseus sebagai Tuhan? kalau paulus yang menyatakan yang mengangkat yesus sebagai Tuhan berati paulus adalah Tuhan bukan Yesus.Masa ia Tuhan diangkat oleh manusia. kalau Anda tidak puas kita bs berdebat mengenai ketuhanan Yesus. sampaimana kemampuan anda umat kristen memahami yesus sebagai Tuhan. Saya Tunggu…… dan didalam alkitab tidak pernah disebutkan tanggal 25 Desember sebagai perayaan natal, tanggal 25 Desember adalah hari menyembah matahari yang dilakukan zaman Romawi. knp 25 Desember hari kelahiran Yesus Kristus? Ada 101 Bukti bahwa Yesus itu Bukan TUHAN karangan DR. H. Insan LS Mokoginta (Wenseslaus) Mantan Kristen.
Para Penginjil dan Pendeta yang hobi memurtadkan umat Islam, biasanya menyelewengkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits untuk membuktikan bahwa Yesus itu benar-benar Tuhan dan Juruselamat berdasarkan semua kitab suci. Padahal, dalam Bibel sendiri Yesus menyangkal doktrin yang mempertuhankan dirinya.
Karenanya, untuk menyudahi polemik teologi tentang kedudukan ketuhanan Yesus, Alkitab bisa dijadikan solusi. Karena dalam banyak ayat yang bertaburan dalam Injil, bisa dibuktikan bahwa Yesus bukan Tuhan.
Inilah cara yang cepat dan tepat, dengan menggunakan dalil dan logika bahwa Yesus bukan Tuhan. Ayat-ayat Alkitab (Bibel) yang diimani oleh umat Kristiani justru menyangkal ketuhanan Yesus.
Misalnya, Dalam Alkitab diceritakan bahwa Yesus berseru memanggil Tuhannya:
“Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46).
Dari ayat ini dapatlah dianalisa bahwa:
1. Jika Yesus itu Tuhan, Tuhan mana lagi yang dia panggil?
2. Jika Yesus Tuhan, siapa yg berani mencabut nyawa Tuhan?
3. Jika Yesus dipersiapkan oleh Tuhan untuk mati di kayu salib dalam rangka untuk menebus dosa, tentu tidak perlu dia harus berteriak-teriak minta tolong kepada Tuhan, dia harus ikhlash.
4. Jika di dalam diri Yesus ada Tuhan, mengapa dia masih memanggil-manggil Tuhan lagi? Ini membuktikan Yesus dan Tuhan tidaklah menyatu.
5. Jika Yesus Tuhan, ketika dia mati selama 3 hari 3 malam, siapa yang mengendalikan alam semesta ini?
6. Setiap yang berseru memanggil Tuhan, pasti bukan Tuhan.
7. Yesus berseru memanggil-manggil Tuhannya, berarti Yesus bukan Tuhan!!!
Alkitab juga menyebutkan bahwa Yesus ketakutan kepada Malaikat:
“Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadanya untuk memberi kekuatan kepadanya. Ia (Yesus) sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Lukas 22:43-44).
Dari ayat ini dapatlah dianalisa bahwa:
1. Setiap yang takut kepada malaikat Tuhan, pasti bukan Tuhan.
2. Yesus ketakutan kepada malaikat Tuhan, berarti Yesus bukan Tuhan.
3. Setiap yang menerima kekuatan dari malaikat, pasti bukan Tuhan.
4. Yesus menerima kekuatan dari malaikat, berarti Yesus bukan Tuhan.
5. Setiap yang ber-sungguh2 berdoa kepada Tuhan, pasti bukan Tuhan.
6. Yesus ber-sungguh2 berdoa kepada Tuhan, berarti Yesus bukan Tuhan.
7. Setiap yang mengeluarkan peluh seperti titik-titik darah ke tanah saking takutnya, pasti bukan Tuhan.
8. Yesus mengeluarkan peluh seperti titik-titik darah ke tanah saking takutnya, berarti Yesus bukan Tuhan.
AGUNG
Desember 31st, 2010 pukul 14:24
Monyet yang nggak tahu apa – apa kok dibawa – bawa, kasian tuh monyet…. bener nggak coy
kristenisasi
Januari 1st, 2011 pukul 14:38
Betul-betul..
beny
Desember 20th, 2010 pukul 16:12
keluarnya ungkapan yang mengumpakan trinitas dengan monyet itu karena pedetanya aja tidak dapat menjelaskan secara gamblang apa itu trinitas, dari pada malu dan ketauan bobroknya agama mereka makanya lagi-lagi cari alibi yang asal gitu… katanya tuhan itu satu tapi kok ada tuhan yang lain…??? pendetanya aja mengakui kok klo yesus itu manusia biasa bukannya tuhan….. jadi jangan pake perumpamaan lain lagi deh untuk pembenaran ntar malah terjebak dengan perkataan sendiri…..
bre
Agustus 13th, 2010 pukul 22:04
Tanya neh… 25 desember tu hari lahir Yesus kah? dalam alkitab disebutkan dimana?
trus kalo anak Tuhan adalah Tuhan, berarti Ibu Tuhan juga Tuhan? Kakeknya juga Tuhan?
Makasih
Ismi
Juli 3rd, 2010 pukul 04:41
sama seperti tubuh…
1 tubuh banyak anggota seperti: tangan, kaki….
kaki dan tangan adalah bagian dari tubuh, dan tubuh itu mempunyai beberapa bagian
.
seperti itu jugag trinitas
.
terimakasih
kristenisasi
Juli 3rd, 2010 pukul 10:37
Kalau ketuhanan Trinitas itu seperti anggota tubuh manusia, berarti oknum Tuhan itu tidak hanya tiga, melainkan lebih.
Karena anggota Tubuh itu tidak hanya tiga, tapi puluhan: kepala, leher, telinga, mata, tangan, badan, kaki, -maaf- pantat, dsb.
Lantas, bagaimana pembagian logikanya? Siapa saja oknum Tuhan yang bertindak sebagai kepala, leher, telinga, mata, tangan, badan, kaki, -maaf- pantat, dst?
ronal
Desember 31st, 2010 pukul 19:29
klu gitu,hri ni tuhan mana yg piket?
muhammad
Juni 5th, 2010 pukul 00:02
Iman orang kristen tidak bertumbuh dari iktisar dogmatika, melainkan dari dasar Firman Tuhan. Anda saja yang mencoba mencari pembenaran pernyataan saudara dari iktisar dogmatika. Tidak dapat di mengerti bukan berarti tidak dapat dipercaya, sebab orang percaya bukan karena kemampuan manusia untuk dapat percaya, peran Roh Kudus selalu menjadi dasar orang menjadi percaya kepada Allah. Kalau sebentar lagi anda menjadi percaya itu karena ada Roh Kudus, tetapi selama anda masih mengeraskan hatimu roh kudis yang tinggal di dalamnya (suka menggaruk-garuk orang). Iman kristen sudah di uji oleh shanhendrin (makamah agama Yahudi: tidak ada apa-apanya agama anda untuk menguji kebenaran agama kristen, lembaga islam apapun yang anda bentuk tidak mampu melebih kemampuan Makamah agama orang yahudi; islam kan munculnya 600 tahunan kemudian sesudah Yesus naik ke sorga; Baca Kisah Para rasul 4 : 1-22, kalau mau baca), orang kristen sudah mengalami dan juga sampai saat ini mengalami penekanan, penindasan, karena imannya kepada Yesus Kristus. Tapi di hina dan disiksa bukan karena membunuh nama Agama, merampok untuk uang jihad, melainkan untuk mengasihi dunia dalam kasih pengorbanan. Itulah yang disebut salib. Berbahagialah orang yang tidak melihat namun percaya. Teologi monyet, apa pula ini, teologi itu apa si? monyet apa si? ini persoalan gaya bahasa personifikasi, simbolisme, para bola atau rumusan dogma? Kok jadi persoalan. tidak ada rumusan dogma monyet apa lagi teologi monyet. Runtunnya dari mana ? ayo siapa yang menyebut pertama teologi monyet tolong jelaskan, apa itu teologi monyet ! Trinitas tritunggal tidak ada di dalam rumusan alkitab, bahkan tidak ada murid-murid berupaya untuk menggunakan istilah trinitas (ini kan upaya para ahli dogmatika untuk merumuskan suatu pikiran yang sangat jelas terurai dari dalam kitab suci). Lalu kalau anda ingin mengerti jangan baca buku dogma, tapi dalami Alkitab dari Kitab PL : Kejadian – dengan Kitab PB Wahyu, maka anda akan mengerti siapa itu Bapa, Anak dan Roh Kudus. Jadi kalau belum bac semua alkitab dan anda hanya cari ayat-ayat yang sifatnya membela kepentingan anda maka anda tidak akan memahami kebenaran sesungguhnya. Alkitab bukan di cetak di sorga, alkitab terbentuk dari pekerjaan Roh Kudus untuk mereka-mereka yang layak menerima tugas penulisan Alkitab. Alkitab menulis seluruh pengalaman manusia yang mengenal Allah yang esa dalam kehadiran di sejarah manusia. Allah yang esa adalah Allah yang Kasih, Allah yang kasih menghadirkan diriNya melalui Yesus Kristus (Yesus: Ibrani : Josua : Penyelamat; Kristus : Ibrani : Mesias : raja yang diurapi: Raja penyelamat). Kasihilah Tuhan Allahmu, kasihilah sesamamu manusia.
jely
April 27th, 2010 pukul 13:28
begini saja, kadang orang beranggapan bahwa ajaran kristen tidak logika dan tidak ilmiah, sy sebagai orang kristen mau bilang Tuhan Allah yang kami sembah adalah Tuhan yang memang tidak logis dan tidak dapat diukur dengan pengetahuan ilmiah apapun. kalau ada orang mau memeluk agama atas dasar logika dan ilmiah , saya mau bertanya Tuhan yang manakah yang kalian sembah ?? apakah Tuahan yang kalian sembah adalah Tuhan yang setara dengan pikiran logis anda dan rahasia Tuhan anda dapat anda buka dengan analisa ilmiah ?? pantasan aja kelakuan anda seolah-olah mau jadi Tuhan, karena Tuhan anda adalah Tuhan yang logika dan bisa dibuktikan secara ilmiah atau secara ilmu pengetahuan, maaf aku juga mau bilang Tuhan yang kami ( orang kristen ) sembah adalah Tuhan yang ajaib dan tidak bisa dicerna oleh logika manusia
kristenisasi
Juni 4th, 2010 pukul 10:35
Yang mengatakan doktrin kristen tidak ilmiah itu bukan saya, tapi orang kristen sendiri. Alban Douglas dalam bukunya “Inti Ajaran Alkitab” mengatakan: “Barangsiapa mencoba untuk mengerti Tritunggal secara tuntas dengan daya akal manusiawi, akan menjadi tidak waras”.(hal 19-20).
Dr. R. Soedarmo dalam bukunya “Ikhtisar Dogmatika” mengatakan: “Agama Islam bercorak rasionalitis, artinya rasio, akal budi, memberi tekanan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, trinitas ditolak, sebab tidak dapat dimengerti bahwa 3 adalah 1 dan bahwa 1 adalah 3. Kita tentu insaf bahwa Trinitas memang tidak dapat dimengerti”. (hal 114).
antonaribowo
Juni 28th, 2010 pukul 15:13
Melogikakan adanya Tuhan itu bukan berarti Tuhan yang logika yang bisa dibuktikan secara ilmiah.. Perhatikan baik – baik kata – kata saya, adanya bumi, adanya langit, adanya bintang gemintang dan seisi jagat raya. Adalah merupakan bukti kuasa Tuhan. Para filsuf setelah berjuang dengan logika, bukan Tuhan yang logika nih… Menyatakan bahwa adanya sebab segala sebab yg disebut Causa Prima, Ia bersifat kekal sebab segala sebab dan tiada disebabkan oleh segala sesuatu..
Kalau manusia (Yesus juga manusia) beliau disebabkan oleh adanya Maria dan Yusuf. Yesus bukan Sang Causa Prima, demikian kesimpulannya.. Artinya saudari menyatakan pendapat bahwa melogikakan adanya Tuhan dari para filsuf itu tidak benar. Kira-kira begitu kan? Cobalah saudari buat thesis yg membantah argumen para filsuf termasyhur tsb…
Rahmat
Desember 30th, 2009 pukul 19:06
haha, berarti penyembahnya pun akan tidak beda dengan monyet?