AL-QUR’AN MENGAJARKAN TRINITAS?

Oleh: A. Ahmad Hizbullah M.A.G.

[www.kristenisasi.wordpress.com, ahmadhizbullah@gmail.com]

.

PERTANYAAN:

Baru-baru ini saya berdiskusi selama dua jam dengan teman kerja saya yang beragama Kristen. Ketika membahas tentang otentisitas Bibel (Alkitab), teman saya tidak bisa menyanggah bukti-bukti pemalsuan Bibel yang saya rujuk dari buku “Dokumen Pemalsuan Alkitab” dan “The Dark Bible. Tetapi, ketika membahas masalah Trinitas/Tritunggal, saya agak kaget, karena dia justru berargumen bahwa doktrin Trinitas itu diajarkan dalam Al-Qur’an. Kawan saya itu memakai referensi buku “Kebenaran Yang Terungkap dari Al-Qur’an dan Alkitab.” Bagaimana cara meluruskan pendapat ini?

M. Jundullah, Sunter Agung Jakarta Utara (mjundullah@yahoo.com)

.

JAWABAN:

Langkah anda dalam berdiskusi sudah benar. Untuk membuktikan data-data kepalsuan Bibel, kedua buku tersebut memang sangat tepat untuk dijadikan referensi.

Anda tidak usah terlalu kaget dengan dalil-dalil Al-Qur’an yang dikutip dalam buku “Kebenaran Yang Terungkap dari Al-Qur’an dan Alkitab.” Buku tersebut ditulis oleh Robert Walean, seorang misionaris Kristen Advent. Dalam misinya, Walean mengemas doktrin Kristen Advent dalam agama baru yang diberi nama “Islam Hanif.” Tahun lalu, Walean sukses menyelundupkan doktrin Kristen berkedok Islam Hanif ini ke dalam aliran sesat Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang dikomandani oleh nabi palsu Ahmad Moshaddeq.

Dalam buku “Islam Hanif,” Walean mengklaim bahwa Islam Hanif bukan ajaran Kristen, melainkan ajaran yang ada dalam Al-Qur’an” (hlm. 5). Walean juga menyebutkan bahwa misinya bukan untuk mengkristenkan orang. Umat tidak usah masuk Kristen, tapi harus Islam tetap menjadi Islam, tapi harus menjadi Islam Hanif” (hlm. 10).

Meski dalam semua bukunya Walean selalu mengutip ayat-ayat Al-Qur’an untuk mendukung idenya, tapi kita jangan terkecoh. Apapun yang dikutip misionaris, kalau esensinya mengajarkan doktrin ketuhanan Yesus, doktrin penebusan dosa, dan doktrin pengkudusan hari Sabat, ini adalah gerakan kristenisasi. Jika gerakan ini dipoles dalam wajah Islam, maka gerakan ini adalah kristenisasi berkedok Islam.

Kesimpulan ini tidak bisa disangkal, karena dalam penutup bukunya Walean menyimpulkan bahwa satu-satunya kebenaran adalah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK), kewajibannya adalah melakukan penginjilan sesuai dengan misi Amanat Agung Yesus. Walean menulis:

“KESIMPULAN. Kita patut dan sepantasnya bangga dan bersyukur kepada Allah karena kita berada dalam Gereja/Jemaat yang benar, yang telah dinubuatkan dalam Alkitab. Tidak ada lagi gereja lain yang dinubuatkan dalam Alkitab selain GMAHK (Wahyu 10:9-10) yang mempunyai tanda/ciri khusus Gereja yang sisa di akhir zaman yaitu: Menuruti 10 hukum Allah dan memiliki Kesaksian Yesus yaitu Roh Nubuat (Wahyu 1217, 19:10).

Maka meskipun Jemaat GMAHK mempunyai banyak kekurangan yang perlu ditegur dan perlu diperbaiki, janganlah kita keluar dari GMAHK karena Gereja inilah yang benar dan akan menjadi perhatian Kristus yang paling utama sampai akhir zaman.

Tugas Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh adalah: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20). (Kebenaran Yang Terungkap dari Al-Qur’an dan Alkitab, hlm. 148).

Blunder Teologi dari Aktivis Kristen Advent

Untuk mengelabuhi umat Islam agar termakan doktrin ketuhanan Trinitas kristiani, Walean menulis:

“Trinitas tidak mengajarkan ada tiga Allah. Trinitas mengajarkan Allah yang kita sembah adalah Allah yang Maha Esa = Tiada Tuhan selain Allah. Jadi kalau ada yang beranggapan Trinitas itu adalah tiga Allah itu berarti dia belum mengerti akan doktrin Trinitas.” (Kebenaran Yang Terungkap dari Al-Qur’an dan Alkitab, hlm. 36).

“Allah yang kita sembah adalah Allah yang Maha Sanggup, yang sanggup pada saat yang sama, sedang bertahta (duduk di arasy Qs Al-A’raf 7:54), sanggup berada di tempat yang lain untuk mencipta, dan pada saat yang sama itu pula sanggup hadir (berada) di seluruh alam semesta untuk memelihara, menuntun dan menolong makhluk ciptaan-Nya di mana saja ciptaan-Nya itu berada (omnipresent).

Jadi, Allah yang kita sembah adalah Allah yang Maha Esa, tidak ada Allah lain selain Dia, tapi Allah yang kita sembah itu, adalah Allah yang sanggup menggandakan dirinya demi tugas (fungsi) sebagai Allah yang duduk di takhta (arasy), dan Allah yang mencipta dan Allah yang menolong/memelihara… Konsekuensi/akibat dari jika kita memilih pendapat bahwa Allah tidak dapat menggandakan/membagi diri, berarti kita menyembah Allah yang tidak sanggup. Padahal Allah adalah Allah yang Maha Sanggup.” (ibid., hlm. 39).

Formula Trinitas yang diimani oleh umat Kristen sebetulnya tidak pernah diajarkan oleh Yesus, melainkan buatan gereja pada Konsili Lanteran IV tahun 1215. Konsili ini menentukan bahwa kodrat Ilahi yang tunggal itu dimiliki oleh tiga oknum, yaitu: Allah Bapa, Allah Putra (Yesus Kristus), dan Allah Roh Kudus. Ketiganya diyakini sebagai oknum Ilahi yang setara, sehakikat, sekehendak, satu zat, tidak bercampur, tidak berpisah, dan tidak berasal mula. Allah bukan hanya Bapa saja, tetapi juga Yesus dan Roh Kudus. Bapa bukan Allah dalam keseluruhannya, tetapi juga Yesus dan Roh Kudus. Yesus Kristus adalah seratus persen Allah dan seratus persen manusia, namun Allah bukan hanya Yesus Kristus saja, tetapi juga Bapa dan juga Roh Kudus. Roh Kudus adalah Allah yang datang sesudah Yesus Kristus naik ke sorga. Pekerjaan-Nya adalah menolong manusia dan siap memasuki/mendiami hati yang disucikan oleh darah Yesus Kristus.

Tepat sekali, bahwa salah satu nama dan sifat Allah adalah “Al-Qodiir” yang artinya Maha Kuasa/Maha Mampu atas segala sesuatu.

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Qs Ali Imran 189).

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا يخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“… Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Qs Al-Ma’idah 17).

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Qs Al-Ma’idah 120).

Meski Allah SWT itu Maha Kuasa, tapi bukan berarti Allah akan melakukan segala sesuatu secara ngawur dan membabi buta, misalnya memasukkan orang kafir ke dalam surga. Karena di samping memiliki sifat Maha Kuasa, Allah juga Maha Adil (Al-‘Adlu) dan Maha Bijaksana (Al-Hakiim). Dengan kemahaadilan dan kemahabijaksanaan itu, Allah tidak akan keliru memasukkan orang kafir ke dalam surga, karena Dia telah menetapkan surga bagi orang yang beriman dan beramal shalih (Qs Al-Baqarah 25) dan neraka yang kekal bagi orang kafir (Qs. Al-Bayyinah 6).

Demikian pula dalam hal Trinitas. Meski Allah SWT itu Maha Kuasa atas segala sesuatu, tapi Dia juga memiliki sifat berbeda dengan makhluk-Nya (mukhalafatu lil-hawadits). Allah juga Maha Gaib (Al-Ghoib) yang tidak dapat ditangkap dengan indera makhluk-Nya

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“…Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat” (Qs Asy-Syura 42:11).

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” (112:4).

Dengan sifat “laisa kamitslihi syai`un” ini, maka menjelma menjadi burung merpati, malih rupa menjadi wanita hamil, maupun inkarnasi menjadi bayi Yesus yang dilahirkan oleh seorang manusia, adalah sebuah kemustahilan. Otomatis, Allah tidak akan dan tidak pernah berwujud makhluk seperti gambaran wujud Tuhan dalam Bibel. Menurut Bibel, Roh Tuhan berwujud seperti burung merpati (Matius 3:16), Roh Tuhan pernah melayang-layang di atas permukaan air (Kejadian 1:1-2); Tuhan nampak mengah-mengah, megap-megap dan mengerang seperti perempuan yang melahirkan (Yesaya 42:13); Tuhan kelihatan alas kaki-Nya (Keluaran 24:10); Tuhan kelihatan punggung-Nya (Keluaran 33:21-23), dll.

Untuk mengasihi umat manusia, Allah Yang Maha Kuasa itu tidak perlu repot-repot memecah dirinya menjadi tiga oknum. Ketika menciptakan langit, bumi dan segala isinya, Allah tetap Allah. Ketika menurunkan wahyu-Nya kepada umat manusia, Tuhan tidak perlu menjelma menjadi manusia, karena Allah memiliki para nabi dan rasul yang memiliki sifat amanah, shiddiq, fathanah dan tabligh. Dan untuk memberikan hidayah kepada manusia, Allah tidak perlu memecah dirinya menjadi Roh Kudus, karena Dia memiliki para malaikat yang selalu taat dan tak kenal maksiat.

Mencari-cari dan menyelewengkan ayat-ayat Al-Qur’an untuk pembenaran doktrin ketuhanan Trinitas adalah tindakan yang sia-sia dan mengada-ada. Karena prinsip Al-Qur’an jelas menentang doktrin ketuhanan Trinitas. Sebuah ayat berikut sudah cukup untuk membantah Trinitas:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sungguh benar-benar kafirlah orang yang mengatakan bahwasanya Allah itu salah satu dari yang tiga. Padahal sekali-sekali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih” (Qs. Al-Ma’idah 73).

Tindakan Walean dalam mencari-cari pembenaran Al-Qur’an terhadap doktrin Trinitas benar-benar memalukan. Karena dalam Bibel sendiri tak ada satu pun ayat yang secara tegas dapat dijadikan sebagai acuan terhadap doktrin Trinitas. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, tak satupun ayat yang menyebutkan kata “Trinitas” atau “Tritunggal”, baik secara eksplisit maupun secara implisit. Satu-satunya ayat Bibel yang diyakini sebagai landasan ajaran Trinitas adalah I Yohanes 5:7: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman, dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”

Terhadap ayat tersebut, konsensus para ilmuwan Kristen sepakat mengakui kepalsuannya.

William Barclay dalam buku The Daily Bible Study: the Epistles of John and Jude menjelaskan: “Ayat ini tidak muncul dalam manuskrip Yunani yang lebih muda dari abad ke-14. Manuskrip-manuskrip yang besar termasuk pada abad-abad ke-3 dan ke-4, dan ayat ini tidak terdapat di dalamnya. Tidak ada satu orang pun dari bapak-bapak Gereja besar yang mengetahui adanya ayat ini… Orang pertama yang mengutipnya adalah seorang bidah Spanyol yang bernama Priscillian yang meninggal tahun 385 M. Sesudah itu ayat ini menyelinap masuk ke dalam teks-teks Latin dari Perjanjian Baru” (edisi Indonesia: Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-surat Yohanes dan Yudas, hlm. 185-187).

The Holy Bible New International Version dalam komentarnya menyebutkan: “Late manuscripts of the Vulgate testify in heaven: the Father, the Word and the Holy Spirit, and these three are one. And there are three that testify on earth: the (not found in any Greek manuscript before sixteenth century)” (hlm.1242).

(Manuskrip yang paling tua dalam naskah Vulgata [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi] tidak ditemukan sebelum abad ke-16).

Jerry Falwell, tokoh Kristen radikal terkemuka di Amerika Serikat, dalam buku Liberty Bible Commentary menjelaskan: “The rest of verse 7 and fist nine words of verse 8 are not original, and are not to be considered as apart of the words of God” (hlm. 2638).

(Kalimat terakhir pada ayat 7 dan sembilan kata pertama di ayat 8 adalah tidak asli, dan tidak bisa dianggap sebagai firman Tuhan).

M.E. Duyverman dalam buku Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru menjelaskan: “Menurut salinan tertua jalannya kalimatnya adalah begini: karena tiga menjadi saksi, yaitu roh air dan darah… rupanya tambahan mulai terbubuh sebagai keterangan pinggir kalimat; penyalin kemudian memasukkan ke dalam bunyi nas karena berpikir ini adalah perbaikan penyalin lama. Sampai kini hal itu masih terjadi” hlm. 145).

Jadi, pemelintiran ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan oleh Walean adalah blunder besar terhadap  teologi Kristen Advent yang dijajakannya.[]

(Dimuat di Majalah Al-Mujtama’ edisi 1 Th 1/1 Jumadil Ula 1429, hlm. 52-53)